Cerpen Terbaru: Janji Yang Hilang Dalam Cahaya
Lampu lampion merah memantulkan bayangan berkelap-kelip di dinding bambu. Malam itu, suara guqin terdengar lirih, menyayat kalbu bagai pisau tumpul. Di balik tirai sutra, Li Wei memandang ke kejauhan, matanya kosong. Lima tahun telah berlalu, namun aroma penghianatan masih terasa pahit di lidahnya.
Dulu, dia Li Wei yang ceria, tunangan Pangeran Agung Zhao, pewaris takhta yang diagungkan. Mereka berjanji di bawah cahaya rembulan: cinta abadi, kesetiaan tanpa batas. Namun, janji itu hancur berkeping-keping ketika ia mendapati Zhao berselingkuh dengan Mei Lan, sahabatnya sendiri.
Li Wei memilih diam. Bukan karena lemah, bukan karena tak berdaya. Ia menyimpan rahasia. Rahasia yang terlalu berbahaya untuk diungkapkan. Rahasia yang bisa mengguncang seluruh kekaisaran. Rahasia tentang ramuan terlarang yang mampu melemahkan jantung seorang Kaisar, yang secara tersembunyi Mei Lan tuangkan ke dalam teh ayahnya.
Sejak saat itu, Li Wei hidup dalam bayang-bayang. Ia mundur dari pertunangan, mengasingkan diri di paviliun terpencil, dan berpura-pura menerima nasib. Orang-orang mencibirnya, menyebutnya wanita yang ditinggalkan. Tapi mereka tidak tahu, di balik ketenangannya, Li Wei sedang menyusun rencana. Rencana yang tidak melibatkan pedang atau darah, tapi takdir.
Misteri mulai menyelimuti istana. Kaisar, yang dikenal gagah perkasa, tiba-tiba menderita penyakit aneh. Dokter istana bingung. Zhao, yang seharusnya fokus pada urusan negara, justru semakin tenggelam dalam pesona Mei Lan. Sementara itu, Li Wei terus memainkan guqin-nya, melodi yang semakin lama semakin menusuk.
Suatu malam, seorang pelayan muda, dengan mata ketakutan, memberanikan diri menemui Li Wei. Ia membawa sepucuk surat, terlipat rapi, dengan stempel bunga plum. Itu dari selir kesayangan Kaisar, Yu Xi. Dalam surat itu, Yu Xi menceritakan kecurigaannya pada Mei Lan. Ia melihat Mei Lan berbisik-bisik dengan seorang tabib misterius, dan mendengar percakapan tentang "ramuan terlarang."
Kepingan puzzle mulai terangkai. Ramuan terlarang, penyakit aneh Kaisar, dan keintiman Zhao dengan Mei Lan. Semuanya mengarah pada satu kesimpulan yang mengerikan: Zhao dan Mei Lan bersekongkol untuk membunuh Kaisar dan merebut takhta.
Li Wei tersenyum pahit. Balas dendamnya tidak perlu melibatkan tangannya. Takdir akan menyelesaikan semuanya.
Beberapa bulan kemudian, Kaisar meninggal dunia. Zhao, yang yakin akan menjadi Kaisar berikutnya, terpukul ketika wasiat Kaisar dibacakan. Dalam wasiat itu, Kaisar menunjuk adiknya, Pangeran Xun, sebagai penggantinya. Pangeran Xun, yang selama ini dianggap lemah dan tidak berambisi, ternyata memiliki pendukung setia di kalangan militer.
Zhao dan Mei Lan terpojok. Pengkhianatan mereka terungkap. Bukan Li Wei yang membongkar semuanya, tapi bukti-bukti yang secara misterius muncul di hadapan Pangeran Xun. Zhao diturunkan pangkatnya dan diasingkan, sementara Mei Lan dipenjara dan dihukum mati.
Di paviliun terpencilnya, Li Wei memandang langit malam. Bintang-bintang bersinar redup, sama redupnya dengan hatinya. Ia tahu, rahasianya akan tetap terkubur. Ia rela menanggung rasa sakit ini, asalkan keadilan ditegakkan.
Semua telah berlalu, Pangeran Xun menjadi Kaisar, dan Li Wei terus memainkan guqin nya dengan ketenangan. Suatu saat nanti, kebenaran tetaplah kebenaran, walau tersembunyi.
Satu-satunya penyesalan Li Wei adalah... ia tidak pernah tahu, siapa yang mengirimkan surat itu kepada Yu Xi, dan membuka jalan bagi terkuaknya kebenaran.
You Might Also Like: Tutorial Sunscreen Mineral Untuk Kulit