Dracin Terbaru: Bayangan Yang Menyimpan Nama Yang Terlarang
Di tepian Danau Bulan Sabit, kabut pagi menari, menyelimuti Pagoda Seribu Mimpi dengan kerudung perak. Angin mendesah, membawa aroma Melati Malam dan janji yang tak terucap. Di sana, di antara reruntuhan waktu, aku bertemu dengannya. Atau, mungkin, aku hanya bermimpi.
Namanya tak boleh diucapkan, sebuah tabu yang terukir di tulang belulang dinasti. Bibirku bergetar setiap kali mencoba menyebutnya, seolah memanggil badai yang terpendam. Dia adalah Bai Lian, Teratai Putih, seorang putri yang hilang dalam gulungan sejarah, seorang melodi yang terputus di tengah simfoni agung.
Wajahnya adalah lukisan kabut, matanya adalah bintang yang redup di langit malam musim gugur. Setiap sentuhannya adalah bara api yang membakar jiwa, namun tak pernah meninggalkan bekas. Kami bertemu di mimpi yang sama, di taman yang abadi, di mana waktu berhenti mengalir.
Dia bercerita tentang istana yang terbuat dari giok dan air mata, tentang intrik dan pengkhianatan yang merenggut nyawanya. Aku mendengarkan, terpesona dan terisak, merasa seolah pernah hidup di masa lalu yang *pedih * itu.
Cinta kami adalah pantulan di cermin yang retak, bayangan yang menari di dinding gua. Kami saling mencari, saling memeluk, namun tak pernah benar-benar menyatu. Kami adalah dua jiwa yang terikat oleh benang merah takdir, namun terpisah oleh jurang waktu yang menganga.
Suatu malam, di bawah rembulan yang pucat, dia menunjukkan sebuah lukisan. Seorang wanita dengan jubah keemasan, wajahnya disembunyikan di balik kipas sutra. "Itu ibuku," bisiknya, suaranya serak seperti daun yang bergesekan. "Dia yang memerintahkan kematianku."
Lalu, dia menunjuk ke sudut lukisan, di mana tersembunyi sebuah simbol kecil yang familiar: lambang keluarga Kaisar sebelumnya, keluarga ku.
Kenyataan menghantamku seperti gelombang Tsunami. Bai Lian, sang Teratai Putih yang aku cintai, adalah putri yang dibunuh oleh keluargaku sendiri, sebuah konspirasi yang telah lama terkubur di bawah debu sejarah.
Rasa cinta yang begitu murni kini tercemar oleh noda darah dan pengkhianatan. Keindahan mimpinya berubah menjadi **luka menganga.
Dia menghilang, lenyap seperti kabut di pagi hari, meninggalkan aku sendirian di tepian Danau Bulan Sabit. Aku terdiam, menatap lukisan itu, dan mendengar bisikan dari masa lalu: "...Dendam ini akan abadi..."
You Might Also Like: 144 Tips Skincare Lokal Dengan