FULL DRAMA! Kau Datang Membawa Damai, Tapi Pergi Meninggalkan Perang
Kau Datang Membawa Damai, Tapi Pergi Meninggalkan Perang
Dulu, kami adalah angin dan ombak. Tumbuh di desa terpencil di kaki Gunung Giok, Li Wei dan aku, Ming Yue, bagaikan dua sisi koin yang sama. Dia, matahari yang hangat, aku, bulan yang dingin. Kami bersumpah setia di bawah pohon sakura yang selalu mekar, berjanji untuk melindungi satu sama lain dari dunia yang keras.
Li Wei selalu unggul dalam seni bela diri, gerakan anggunnya mampu menaklukkan musuh manapun. Sementara aku, lebih suka bersembunyi di balik buku-buku kuno, merangkai kata-kata yang bisa membunuh lebih tajam dari pedang. Kami adalah TEMAN, SAUDARA, SEKUTU. Dulu.
"Ming Yue," bisiknya suatu malam di bawah rembulan. "Kita akan mengubah dunia. Kita akan membawa keadilan bagi mereka yang tertindas." Senyumnya, yang dulu kurindukan, kini terasa seperti belati yang diasah perlahan.
Tapi di balik persahabatan kami, tersembunyi sebuah rahasia, sebuah noda darah yang mengalir dalam garis keturunan kami. Li Wei adalah pewaris sah takhta Kekaisaran Timur, yang dirampas oleh keluarga Jenderal yang berkhianat. Aku, Ming Yue, adalah anak dari Jenderal pengkhianat itu.
IRONI.
Seiring berjalannya waktu, Li Wei mulai berubah. Semangatnya yang dulu membara kini dipenuhi dengan ambisi gelap. Dia mengumpulkan kekuatan, membangun pasukan rahasia, dan perlahan melupakan janji-janji kami di bawah pohon sakura.
"Keadilan membutuhkan pengorbanan, Ming Yue," katanya suatu malam, matanya sedingin es. "Bahkan pengorbanan orang-orang yang kita cintai." Suara itu... bukan lagi Li Wei yang kukenal.
Aku tahu, pada saat itu, bahwa perang telah dimulai. Bukan perang di medan tempur, tapi perang di dalam hati kami. Dia ingin merebut kembali takhtanya. Aku, terikat oleh darah dan sumpah setia pada keluargaku, harus menghentikannya.
Permainan telah dimulai.
Kami berdansa di atas jurang pengkhianatan, setiap pertemuan dipenuhi dengan senyum palsu dan kata-kata manis yang menyembunyikan niat mematikan. Aku berpura-pura mendukungnya, sambil mencari cara untuk menghentikannya tanpa harus menghancurkannya. Dia, di sisi lain, memperlakukanku seperti bidak catur, menggerakkanku sesuai kehendaknya.
Namun, rahasia yang lebih dalam terungkap. Ternyata, Jenderal, ayahku, tidak pernah berkhianat. Dia dijebak oleh keluarga Kekaisaran yang haus kekuasaan, yang takut akan pengaruh dan kesetiaannya. Li Wei tahu itu. Dia tahu kebenaran itu sejak lama.
KENAPA?
"Mengapa kau tidak memberitahuku?" tanyaku, suaraku bergetar, saat kami berhadapan di puncak Gunung Giok, di bawah pohon sakura yang sama tempat kami bersumpah setia.
Li Wei tertawa, tawa dingin yang membuat bulu kudukku merinding. "Karena penderitaanmu adalah bahan bakar bagi balas dendamku, Ming Yue. Kebencianmu adalah senjataku."
Kebencian? Aku tidak pernah membencinya. Aku mencintainya. Bahkan sekarang, di saat ia telah mengkhianatiku, di saat ia telah menghancurkan segalanya, aku masih mencintainya.
"Kau datang membawa damai," kataku, air mata mengalir di pipiku. "Tapi pergi meninggalkan perang."
Pertempuran pun terjadi. Pedang kami beradu di bawah rembulan yang suram. Setiap tebasan, setiap tusukan, adalah cerminan dari rasa sakit dan pengkhianatan yang telah kami alami.
Akhirnya, aku berhasil melukainya. Pedangku menembus jantungnya. Dia jatuh berlutut, darah membasahi jubahnya.
"Kau tahu, Ming Yue," bisiknya, napasnya tersengal-sengal. "Aku selalu mencintaimu. Tapi takhta lebih berharga dari segalanya..."
Dia meninggal di pelukanku, di bawah pohon sakura yang mekar, sama seperti yang kami impikan dulu. Tapi impian itu telah hancur. Tinggal aku sendiri, di puncak gunung, dikelilingi oleh mayat-mayat dan rasa sakit yang tak terperi.
Aku menjadi Kaisar, mengembalikan keadilan dan kedamaian di Kekaisaran Timur. Tapi setiap malam, aku bermimpi tentang Li Wei, tentang senyumnya, tentang pengkhianatannya.
Dan aku tahu, bahwa dendam itu tidak akan pernah berakhir.
Mungkin... di kehidupan selanjutnya, kita bisa menjadi saudara yang sesungguhnya.
You Might Also Like: Skincare Terbaik Dengan Harga